fhaney stefany
Sabtu, 05 Maret 2016
SIANIDA DALAM MAKANAN_ fhaney stefany
MAKANAN YANG MENGANDUNG SIANIDA (HCN) DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sianida merupakan senyawa sian (CN) yang terkenal sebagai racun yang mematikan. Bila masuk ke tubuh akan mengganggu fungsi otak, jantung, menghambat jaringan pernapasan, sehingga terjadi asphyxia, yaitu orang menjadi seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung (C≡N), yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida). Mengenai kelarutan sianida dari semua golongan alkali dan alkali tanah hanya sianida yang mudah larut dalam air.
Kata “sianida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “biru” yang mengacu pada hidrogen sianida yang disebut Blausäure ("blue acid") di Jerman. Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berasa dan memiliki bau pahit yang seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat mencium baunya, tetapi ada beberapa orang yang karena masalah genetiknya tidak dapat mencium bau HCN. Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat volatile dan mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
Contoh sianida (HCN) dalam kehidupan sehari-hari
Banyak makanan kita sehari-hari ternyata mengandung racun sianida dalam jumlah yang sedikit. Makanan seperti almond dan kacang lima mengandung senyawa sianida berkadar rendah. Begitupun dengan suplemen vitamin B12, ada yang mengandung sianida juga.
Dalam dosis besar, sianida adalah racun yang sangat berbahaya dan pada dosis tertentu, bisa mematikan. Dosis sianida yang berbahaya, umumnya berkisar antara 50 dan 200 mg hidrogen sianida.Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), kita bisa saja terkena racun sianida dari berbagai sumber seperti makanan, rokok dan sumber lainnya.
Secara alami, ada beberapa bahan makanan yang menghasilkan sianida dosis rendah seperti singkong, kacang lima, kacang merah, bayam, kedelai, rebung, tapioka, kecambah millet dan almond.Biji buah-buahan seperti aprikot, apel, dan buah persik juga diduga memiliki sejumlah besar bahan kimia yang dapat dimetabolisme menjadi sianida.Untungnya, bagian daging buah yang dapat dimakan dari buah-buahan ini mengandung jumlah senyawa racun yang jauh lebih rendah dari yang terkandung di dalam biji atau lubang bagian tengahnya.
Masih menurut CDC, meski tubuh kita bisa mengatasi racun sianida dalam dosis sangat rendah, sebaiknya kita menghindari makan bagian buah atau tumbuhan yang mengandung senyawa racun. Misalnya, makanlah hanya daging buah apel dan buang bagian tengah serta bijinya.
Cara lain menghindari efek sianida adalah dengan mengolah makanan dengan cara yang tepat sebelum dimakan.Sebagai contoh, kacang lima mentah mengandung linamarin. Linamarin adalah suatu senyawa yang ketika dikonsumsi lalu terurai di dalam tubuh akan diubah menjadi hidrogen sianida. Memasak kacang lima selama 10 menit sudah cukup untuk membuatnya aman dikonsumsi.Atau kacang merah mentah yang mengandung racun phytohaemagglutinin. Ini juga bisa dinetralisir dengan cara memasaknya pada suhu didih selama 10 menit. Memasak kacang merah di bawah suhu didih bisa melipatgandakan kandungan racun.Di dalam 1.000 mikrogram vitamin B12 suplemen sianokobalamin mengandung 20 mikrogram sianida.
Namun, menurut ahli gizi Jack Norris dari AS, jumlah sianida di dalam sianokobalamin, secara fisiologis aman dikonsumsi. Mikrogram adalah jumlah yang sangat kecil dibandingkan miligram. Ada 1.000 mikrogram di dalam satu miligram sehingga jumlah sianida di dalam suplemen B12 masih jauh di bawah dosis yang bisa dikatakan beracun.Sianida akan bereaksi lebih cepat jika dihirup dan karena itu lebih berbahaya. Menghirup gas sianida, terutama di ruang yang berventilasi buruk, memiliki potensi bahaya terbesar.Umumnya, eksposur mematikan sianida adalah hasil dari kecelakaan alias perbuatan tidak disengaja atau bisa juga tindakan yang disengaja. Karena sifat racunnya yang sangat cepat, sianida umum digunakan dalam aksi terorisme dan pembunuhan.
Daftar pustaka :
1. https://dianaruntu.wordpress.com/2010/03/23/inilah-makanan-makanan-mengandung-sianida-yg-sehari-hari-kamu-santap/
2. http://putrapesisirselatanchannel.blogspot.com/2016/01/makanan-makanan-mengandung-sianida.html
3. http://rubik.okezone.com/read/24456/waspada-5-makanan-ini-mengandung-sianida
4. http://palingyunik.blogspot.co.id/2016/01/ketahui-kandungan-sianida-pada-makanan.html
5. http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Mengenal-Zat-Beracun-Pada-Singkong.pdf
Kamis, 03 Maret 2016
polidaktili_fhaney stefany
P O L I D A K T I L I
Efrilinda Stefani Sum Namin
NIM : PO.530333314712
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2016
A. Pengertian
Polidaktili merupakan salah satu
kelainan pertumbuhan pada jari sehingga terdapat jumlah jari pada tangan atau
kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila
jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili.
Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran. Polidaktili
merupakan kebalikan dari oligodaktili. Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal
dominan P yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang
resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat
dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai
tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya
Jari-jari
yang lebih dari 5 pada manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan polidaktili
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan duplikasi jari. Pada
polidaktili, biasanya terdapat 6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa
lebih seperti 7 atau 8 jari. ( genetika
suryo, 2005 : 104 )
p ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 Pp =
polidaktili (50%)
pp = normal (50%)
Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangannya. Tempatnya
jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula
yang terdapat didekat jari kelingking.
Orang normal adalah homozigotik resesif pp. pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat
berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang
laki-laki polidaktili heterizigotik menikah dengan orang perempuan normal, maka
dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50% .
B.
Etiologi
Etiologi dari polidaktili adalah
1.
Kegagalan
pembentukan bagian,
2. Kegagalan
diferensiasi,
3. Duplikasi berlebih
4. Sindrom penyempitan
pita kongenital,
5. Kelainan tulang
umum.
6. Keturunan
7. Cacat genetic
Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara
genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki
polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili
pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur
dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis
yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah
medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung
tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian
nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat
menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel,
jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia.
Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan
pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel
jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak
akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi
(kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan
terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan
teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga
menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase
organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi
menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia
dan biologis.
a. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan
yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar
gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada
tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan
lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu
pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya
tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari
terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto
rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang
pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan
lahir pada janin.
b. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah
bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada
saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada
proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan
obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga
memiliki efek teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia
teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol
tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester
pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan
yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut
masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak
terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat
menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota
gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya
juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa
karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan
efek teratogenik.
c. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah
agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma,
rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang
umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan
berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,
beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa
juga dapat memberikan efek teratogenik
C. Klasifikasi
polidaktili
Polidaktili diklasifikasikan beberapa macam, yaitu:
1.
Polidaktili postaxial
2.
Polidaktili preaxial
3.
Polidaktili central
1.
Polidaktili postaxial
Meskipun salah satu dari 5 jari dapat
berduplikasi, namun lebih sering terjadi pada jari kelingking. Tipe gambaran
duplikasi jari kelingking bervariasi dari pertumbuhan kulit sampai pertumbuhan
lengkap jari kelingking tambahan dengan phalanx dan metacarpal.
a.
Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,
diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1) Pada tipe I
terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi tidak ada pertumbuhan tulang tambahan
pada tangan, sering tidak terdapat tulang, sendi atau tendon, dan dihubungkan
pada tangan oleh narrow pedicle (Gambar 2-59A). Polidaktili tipe I terdiri dari
jaringan lunak yang terhubung dengan tulang. Sering kali tidak terdapat tulang,
kartilago dan tendon pada tipe ini. Penatalaksanaannya adalah pengangkatan
sederhana dari jaringan lunak.
2) Pada tipe II, sebagian atau seluruh jari
terduplikasi dengan tulang normal, kartilago atau komponen otot, hal itu
berhubungan dengan pembesaran atau terpecah menjadi dua metakarpal atau
phalanx.Polidaktili tipe II terdiri dari duplikasi dari sebuah jari.
Tercatat bahwa jari ini terhubung dengan kepala metakarpal yang melebar.
3) Pada tipe III, seluruh jari dengan metakarpal dan
seluruh komponen soft – tissue terduplikasi, tetapi tipe ini jarang terjadi.Polidaktili
tipe III, jari tambahan sempurna dengan metakarpal dan semua jaringan lunaknya
sendiri. Penanganannya adalah dengan pengangkatan sederhana dari seluruh jari
dan metakarpal.
b.
Turunan
Polidaktili postaxial, terjadi karena
kelainan anomali, adalah ciri dominan ditandai dengan penetrasi pada beberapa
famili dan variabel. Temtamy dan Mc-Kusick membagi duplikasi jari kelingking
menjadi dua tipe. Pada tipe A, jari tambahan tumbuh penuh. Pada tipe B, jari
tambahan tumbuh tidak sempurna dan bercabang. Seeorang dengan polidaktili tipe
A dapat menghasilkan keturunan dengan polidaktili tipe A atau B, sedangkan seseorang
dengan polidaktili tipe B dapat menghasilkan keturunan dengan hanya polidaktili
tipe B. Pola genetik tipe B masih rumit, dengan melibatkan satu atau dua gen
dominan dan faktor tidak tetap penetrasi.
c.
Hubungan kelainan dan Gejala
Pada kulit hitam, duplikasi jari
kelingking sering terjadi deformitas terisolasi tanpa ada hubungan
ketidaknormalan, sering terjadi bilateral. Pada beberapa individu kedua tangan
dan kedua kaki polidaktili, meskipun pada yang lain dua atau tiga anggota badan yang terlibat. Pada kulit putih,
polidaktili postaxial, sering dihubungkan dengan berbagai kelainan dan gejala,
ketika ini terjadi sebagian gejala tidak jarang dihubungkan sebagai sifat
autosom resesif. Sebaliknya, duplikasi ibu jari jarang sebagai bagian dari
gejala. Polidaktili ibu jari dilihat dalam dua tipe acrocephalopolysyndactyly –
tipe Noack, ditransmisikan oleh turunan dominan, dan tipe Carpenter oleh
turunan resesif. Polidaktili ibu jari dapat timbul gejala seperti Fanconi’s dan
Holt-Oram. Kelainan regional yang paling sering dihubungkan dengan polidaktili
adalah sindaktili. Selain itu yang dapat terjadi ditangan antara lain distrofi
kuku, brachidaktili, tidak ada ibu jari, triphalangeal ibu jari dari
kontralateral tangan, dan kebalikan/cermin tangan. Lebih dari 40 ketidaknormlan
dilaporkan berhubungan dengan polidaktili postaxial. Polidaktili postaxial juga
sebagai bagian dari variasi gejala dan ketidaknormalan kromosom. Ketika bayi
kulit putih lahir menunjukan duplikasi jari kelingking, keseluruhan anak harus
diperiksa secara seksama, dan diperlukan konsultasi genetik serta harus
diperoleh jalan keluar yang berhubungan dengan gejala, penyimpangan kromosom,
atau keabnormalan yang lain. Diagnosa yang tepat akan mencegah keadaan buruk
yang dapat terjadi kemudian.
2.
Polidaktili Preaxial ( duplikasi ibu jari )
Ibu jari tambahan merupakan tipe yang
paling sering terjadi pada polidaktili pada orang kulit putih. Insiensi
deformitas pada orang kulit hitam dan kulit putih adalah 0,08/1000. Hal
tersebut bermanifestasi menjadi bermacam – macam bentuk, bertahap dari anyaman
daging kecil pada batas radial tangan menjadi triplikasi. Tahap penyatuan tulang,
Wassel mengklasifikasikan polidaktili ibu jari menjadi 7 tipe.
a.
tipe I, phalanx distal bercabang ( sangat jarang , 2 % ) ;
b. tipe II, phalanx distal berduplikasi ( 15 % )
;
c.
tipe III, phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal berduplikasi ( 6 %
) ;
d.
tipe IV sering terjadi ( 43 % ), baik phalanx proksimal maupun phalanx distal
berduplikasi ;
e.
tipe V ( 10 % ), metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal
dan proksimal berduplikasi ;
f. tipe VI ( 4 % ) metakarpal ibu jari dan kedua
phalanx distal dan proksimal berduplikasi ;
g.
tipe VII ( 20 % ) ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.
Polidaktili preaxial mungkin
berhubungan dengan sindaktili, hal tersebut dihubungkan dengan sifat autosomal dominan.
Temtamy menyebut bentuk polidaktili ini sebagai polisindaktili. Pada duplikasi
ibu jari, mungkin terjadi ketidaknormalan sirkulasi, dipenuhi oleh satu atau
dua arteri. Sering satu ibu jari dominan ketika yang lain gagl tumbuh, kadang –
kadang, walaupun kedua ibi jari berukuran sama, salah satu bisa mengikis.
Biasanya terjadi keterlibatan unilateral. Pada seri Universitas lowa (
dilaporkan Wessel ) keterlibatan bilateral ditemukan 7 dari 70 pasien dengan
duplikasi ibu jari, pada seri Barsky 1 dari 25 kasus terjadi bilateral, dan
Handforth menemukan 11 dari 13 kasus unilateral.
Polidaktili ibu jari biasanya
terjadi sporadik, walaupun bila dihubungkan dengan triphalanx ibu jari terjadi
karena famili. Polidaktili preaxial mungkin dapat dihubungkan dengan
ketidaknormalan vertebra, tidak adanya tibia, celah langit – langit mulut, dan
imperforasi anus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gejala, temuan klinis yang
penting seperti sindrom Down, pansitopenia Fanconi, dan acrocephalosyndactyly.
Tipe terbanyak adalah tipe IV
dimana kedua ruas proksimal dan distal terduplikasi ( 43 % ). Pada tipe I ruas
distalnya terbelah menjadi dua, Ini adalah tipe paling jarang ( 2 % ). Pada
tipe II ( 15 % ) ruas distal terduplikasi. Di tipe III ( 6 % ) ruas distal terduplikasi dan ruas proksimal terbelah
menjadi 2. Pada tipe V ( 10 % ) metakarpal dari jempol terbelah dan kedua
ruasnya terduplikasi. Pada tipe VI ( 4 % ) kedua metakarpal jempol dan semua
ruas proksimal dan distalnya terduplikasi. Pada tipe VII triphalangeal pada
jempol.
3.
Polidaktili sentral
Duplikasi dari jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili sentral atau axial.
Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikandalam jaringan antara
penghubung jari- jari yang normal (Gambar 2-63). Tendon, nervus,dan pembuluh
darah dari jari cadangan biasanya tidak normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya
tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan,
Sebagai
hasilnya phalanx bercabang dari axis longitudinal ke penyimpangan ulna atau
radial dan mengubah batas jari – jari. Duplikasi jari telunjuk jarang terjadi,
disajikan ulang antara 3,5 % dari semua kasus polidaktili. Ketidaknormalan ini
sebaiknya tidak rancu dengan triphalanx ibu jari.Kelebihan jari tengah dapat
terdiri dari percabangan soft-tissue mass atau terdapat tulang normal dan
komponen soft – tissue. Hal ini dapat dihubungkan dengan sinostosis radioulnar
kongenital, dan duplikasi jari telunjuk dapat menyatu dengan jari tengah.
D. Manifestasi klinis
1.
Ditemukan sejak lahir.
2.
Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3.
Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat
sampai ke tulang.
4.
Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5.
Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.
E.
Patofisiologi
Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu
pembentukan organ tubuh janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau
semester pertama pembentukan organ tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi
makanan mengandung bahan pengawet. Atau ada unsur teratogenik yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan masalah selain kelainan
bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru
bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik
resesif pp. Pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu
dapat berbeda-beda sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang
laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan perempuan normal, maka dalam
keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah
polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya
polidaktili (heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.
F. Penatalaksanaan
1. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya
dilakukan untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan
tersebut. Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur
tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi
dokter bedah anda untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi
“pembuangan” jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak berkembang
dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa gumpalan daging,
biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi mungkin anak
menjadi malu atau minder.
2.
Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan
mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi
saat operasi.
a)
Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet
b)
Bersihkan kulit saat terkena kotoran
c)
Minimalkan terpajannya kulit pada lembab
d)
Jadwalkan mandi untuk pasien, gunakan pembersih yang ringan
e) Gunakan
lapisan pelindung, seperti krim atau bantalan penyerap kelembapan untuk
menghilangkan kelebapan yang berlebihan, jika memungkinkan
f)
Ganti posisi dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada kulit yang rentan
g)
Pantau status gizi dan asupan makanan
h)
Rujuk ke perawat terapi enkorostoma untuk mendapatkan bantuan dalam pencegahan,
pengkajian dan penanganan luka/kerusakan kulit
3)
Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan
Tujuan
: Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien melaporkan
factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang diperlukan
Intervensi :
a) Kurangi organisme
yang masuk ke individu
b) Lindungi individu
yang mengalami defisit imundari infeksi
c) Kurangi kerentanan
individu terhadap infeksi
d) Amati manifestasi klinis
infeksi
e)
Instruksikan individu dan keluaraga mengenai penyebab, risiko dan kekuatan
penularan infeksi
Kesimpulan
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari
sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Orang normalnya
adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Polidaktili juga dikenal sebagai
Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki manusia ataupun hewan. Tempat
jari tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di dekat ibu jari dan ada pula
yang berada di dekat jari kelingkingPolidaktili terjadi pada 1 dari 1.000
kelahiran. Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan,
sehingga kelainan ini tidak dapat dilakukan pencegahan. Bentuknya bisa berupa
gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan
ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging
kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau
jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi
jari kelingking.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html
Langganan:
Postingan (Atom)