Kamis, 03 Maret 2016

sistem imun non-spesifik_fhaney stefany



SISTEM IMUN NONSPESIFIK
A.      Latar Belakang
Imunologi adalah suatu ilmu yang mmempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam dalam tubuh manusia. Manusia mempunyai sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang dikenal dengan sistem imun, dimana dapat melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit pathogen seperti virus, bakteri, parasit dan jamur.
Pada sistem imun ada istilah yang disebut dengan imunitas. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. Adapun fungsi dari sistem imun, yaitu :
1.      Pertahanan
2.      Homeostasi tubuh
3.      Peremajaan.
Berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit, sistem imun dibagi menjadi dua yaitu ; imun non spesifik (innate immunity) dan sistem imun spesifik (adaptive immunity). Kedua sistem ini melindungi tubuh dan mengeliminasi agen penyakit.

B.       Pembahasan sistem imun non spesifik
Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan penyakit dengan cara yang sama kepada semua jenis penyakit. Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis penyakit, oleh karena itu disebut non-spesifik. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap jika tubuh didatangkan suatu penyakit, sbb :
a.      Pertahanan fisik atau mekanis
Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa atau lendir, silia atau rambut pada saluran nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari penyakit yang berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini merupakan perlindungan pertama pada tubuh kita. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh karena asap rokok akkan meningkatkan resiko infeksi.
b.      Pertahanan biokimia
Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa  zat-zat kimia yang akaan menangani mikroba yaang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa pH asam yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat, asam lambung yang diproduksi oleh lambung, air susu dan saliva.
Bahan yang disekresi oleh mukosa saluran napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga, spermin dan semen merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik dalam cairan lambung, lisosim dalarfi dari keringat, ludah, air mata dan air susu dapat melindungi tubuh dari terhadap kuman gram positif dengan jalan menghancurkan dinding sel kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferitin dan asam neurominik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.coli dan stafilokok. Lisozim yang dilepas makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dengan bantuan kornpleen
c.       Pertahanan Humoral
                        Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut untuk melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada disekitar daerah yang dilalui oleh mikroba. Contoh molekul larut yang bekerja pada pertahanan ini adalah interferon (IFN), Definsin, Kateisidin, dan sistem komplemen.
a.       Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu desstruksi bakteri dan parasit dengan jalan opsonisasi. Kejadian-kejadiaan terssebut di atas adalah fungsi sistem imun non-spesifik
b.      Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh baerbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat antivirus ddengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut. Disamping itu, interferon dapat pula mengaktifkan natural killer cel-sel NK untuk membunuh virus dan sel neoplasma.
c.       C-Reaktive ‘protein (CRP)
CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi.perannya aadalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
d.   Pertahanan selular
               Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba.  Sel-sel tersebutada yang ditemukan pada sirkulasi darah  dan juga ada yang dijarinngan. Neutrofil, Basofil, Eosinofil, Monosit, dan sel NK adalah sistem imun non spesifik yang ditemukan pada jaringan adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK.
1.    Fagosit
Sel utama  yang berperan pada pertahanan non-spesifik adalah set mononuklear (monosit dan makrofag) serta set polimononuklear seperti neutrofil. Kedual golongan set inni berasal dari set hemopoietik yang sama. Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman  akan dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat : kemotaksis, menangkap, memburuh, dan mencerna.
2.    Natural Killer Cell (sel NK)
Set NK adalah set limfosit tanpa ciri-ciri limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan pada sirkulasi. Oleh karenaa itu disebut juga set non B non T atau set populasi ketiga atau null cell.  Set NK dapat menghancurkan set yang mengandung virus dan neopiasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik set NK.
3.    Sistem imun spesifik
Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing baginya. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yaang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerja sama yang baik antara antibodi, komplemen, fagosit, dan antara set T-makrofag. Oleh karena komplemen turut diaaktifkan, respons imun yang terjadi sering disertai dengaan reaksi inflamasi.
a.       Sistem imun spesifik humoral
Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau set B. Set B tersebut berasal dari set asal multipoten. Bila set B dirangsangbenda asing, set tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasimenjadi set plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas ditemukan didalam serum.
b.      Sistem imun spesifik selular
Yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau set T. Set tersebut juga berasal dari set asal yang samaa seperti set B, tetaapi poliferasi dan diferensiasinya terjadi dalam kelenjar timus. Berbeda dengan set B, set T terdiri ataass beberapa subset set yang mempunyai fungsi yang berlainan.
Fungsi set T umumnya, adalah :
1.      Membantu set B dalam memproduksi antibodi
2.      Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
3.      Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
4.      Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
Sel T terdiri atas beberapa subset sel sebagai berikut :
Ø  Sel Th (helper)
Terdiri dari sel Th1 dan Th2. Th2 menolong sel B dalam memproduksi aantibodi. Th1 berpengaruh atas sel Tc dalam mengenal sel yang terkena infeksi virus, jaringan cangkok alogenik dan sel kanker
Ø  Sel Ts (T supresor)
Berfungsi menekan aktifitas sel T yang lain dan sel B.
Ø  Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity)
Berperan dalam pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi lambat.
Ø  Sel Tc (cytotoxic)
Menghancurkan sel alogenik, sel sasaran yang mengandung virus dan kanker.
Ø  Sel K (ADCC = Antibody Dependent Cell Cytotoxicity)
Tergolong sistem imun non-spesifik. Dalam kerjanya memerlukan bantuan imunoglobulin (molekul dari sistem imun spesifik).



Daftar pustaka :
1.      HR, Dr.Hasdianah, dkk : IMUNOLOGI Diagnostik dan Teknik Biologi Molekuler : Nuha medika, Yogyakarta.2014.
2.      Syahrurachman, agus., dkk : Buku ajar MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN, edisi revisi : BINARUPA AAKSARA publisher, Tangerang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar